Nurfakih Wirawan (AR) – Sawing
Pengalamanku berpartisipasi di BNI-ITB Ultra Marathon, selain dari teknis lari, ternyata masih banyak hal yang membuat diriku waswas.
Waswas pertama, apakah pada hari H kondisi tubuh kami fit. Maklum, dalam usia rata-rata 67 tahun, fisik bisa ngedrop.
Waswas kedua, berkaitan dengan medan yang akan kami tempuh. Kemungkinan kondisi trotoar dan badan jalan yang tidak memadai, perawatannya tidak baik, ada lubang di jalan dan lainnya.
Waswas ke tiga, mengenai kondisi trafik. Maklum, ada jalur yang lumayan crowded, dengan campuran pengendara motor, angkot, bus yang tidak memiliki disiplin lalu lintas serta sering kali tidak mengindahkan keselamatan orang lain.
Waswas keempat, berkaitan dengan jadwalku yang kebetulan pagi hari, antara pukul 05.00 sampai pukul 07.30. Tahu sendirilah bahwa itu waktu kebiasaan kita unloading (meminjam istilah Iyus). Bagaimana kalau pas sedang berlari tuntutan unloading tiba.
Waswas ke lima, cedera di jari kakiku masih belum sembuh. Dua jariku mengalami pendarahan di bawah kuku. Apakah akan mengganggu pada saat aku berlari?
Semua waswas itu ternyata belum seberapa dibandingkan waswas pada hari H menunggu lomba dimulai. Pagi itu aku datang di lokasi start di WS 3 pukul 04.00 pagi. Menunggu start terasa lama sekali. Paling tidak aku ke kamar kecil sampai 4 kali. Jarum jam terasa lamban berdetak. Sebenarnya aku enggak tahu, ini waswas menunggu waktu start atau karena menggu dia, pelari sebelumku.
Semua waswas itu terefleksikan dalam rekam detak jantungku selama menempuh jarak 11,3 km di Cibinong Bogor. Zona merah di atas 137 beat per menit 28%, zona kuning 122–137 bpm 71%, sedangkan zona hijau 107–121 bpm 1%. Padahal, kala latihan biasanya hanya ada zona kuning dan hijau.
The Journey, not the Destination
BNI-ITB Ultra Marathon 170K jelas merupakan keberhasilam tim ITB ‘70. Setelah sekian minggu menikmati kesuksesan itu, yuk kita flash back melihat proses pencapaian ini. Rasanya semua sepakat proses itu tahap demi tahap menyenangkan. Apa pun yang kita kerjakan, kita lalui, semua terasa indah. Kita berkomunikasi intensif, berinteraksi positif. Semua terasa ringan, semua kooperatif, semua terbuka, semua menyenangkan.
Kita bisa mengenal lebih dalam pribadi masing-masing peserta, misalnya:
- Ada pribadi yang sangat menonjol antusiasmenya. Itu lho, teman kita yang badannya berisi. Dia pun mampu menggerakkan orang-orang di bawah kendalinya untuk menyukseskan misi ini. Bayangkan kalau dia pemimpin yang lebih besar cakupannya.
- Lalu ada kawan kita yang menonjol solidaritasnya. Mau berkorban walau merepotkan diri. Mungkin lebih tepatnya, menonjol tanggung jawab atas tugas yang diembannya sebagai kapten. Kok masih ada ya orang langka macam begini.
- Juga ada yang penampilannya rada pucat-pucat. Tapi, ternyata beda tampak luar dengan kekuatan di dalamnya. Jalannya, ampuuun kenceng banget. Itu lho dia yang selalu serius, sehingga kalau ngebodor pun kita sangka dia masih serius. Jadi kita tidak bakalan ketawa.
- Dan ada yang tidak mengubah penilaianku dari kenal sampai sekarang, tidak ada pengetahuan baru tentang dia. Orangnya tegas, kalau iya ya iya, kalau enggak ya enggak. Sepertinya tidak ada ruang nego sedikit Padahal, teman kan sekali-sekali perlu diakomodasi keinginannya.
Kalau bicara diriku sendiri, sebenarnya di BNI-ITB Ultra Marathon 170K aku punya tujuan, tapi bukan hidden agenda, yaitu ingin menurunkan berat badan dan mengecilkan perut biar bisa berpenampilan six pack. Tapi alih-alih kempes, habis lomba maraton malah jadi doyan banget makan.
For your information, pribadi-pribadi yang lain bukannya tidak bisa dibahas, Cuma aku takut ada yang salah terima. Bisa benjut nanti kepalaku.
Akhir Kata
Rangkaian BNI-ITB Ultra Marathon 170K Jakarta-Bandung dapat dikatakan tuntas sudah dengan acara di kampus ITB. Pada tempatnyalah saya mengucapkan terima kasih kepada semua teman-teman ITB ‘70 tanpa kecuali, baik yang ikut maraton ataupun yang tidak. Kebersamaan memang sangat terasa.
Mudah-mudahan teman-teman sependapat dengan saya, keberhasilan pencapaian dalam lomba maraton ini hanyalah salah satu contoh kecil bahwa di umur kita ini masih banyak hal yang dapat kita perbuat, untuk kebaikan tentunya.
Selama kita mempersiapkan diri dengan baik, rasanya kita masih bisa sangat kuat, sangat produktif, sangat mampu, untuk menangani bidang apa saja, sesuai kesempatan dan preferensi kita masing-masing, dengan ridho Allah tentunya.
Sekali lagi tanpa menyebutkan nama karena akan sangat panjang, terima kasih teman-teman baikku ITB ‘70.