KERAGUAN Prof. Dr. Bambang Sutjiatmo ketika mendengar ide alumni Teknik Mesin ITB akan mengadakan acara lari dari Jakarta menuju Bandung berubah menjadi kekaguman. Awalnya, alumni Teknik Mesin angkatan 1965 ini tak habis pikir dan tak percaya ada orang yang mau lari dengan jarak sejauh itu. Walaupun jarak 170 km ada yang dibagi untuk 16 orang (10 km per orang), tetap saja dalam hati Prof. Bambang masih menyimpan tanda tanya.
Namun, seiring dengan waktu dan melihat keseriusan dan usaha keras panitia dalam mewujudkan acara BNI-ITB Ultra Marathon, semua keraguan itu luntur. Ia pun merasa bahwa kegiatan ini sangat layak untuk diapresiasi. Bayangkan, bagaimana panitia bisa menggalang acara dengan begitu banyak peserta di jalan raya dari Jakarta ke Bandung dengan segala keribetannya.
“Semangat panitia betul-betul luar biasa. Saya betul-betul kagum dengan panitia bahwa akhirnya acara ini bisa terwujud. Jumlah peserta pada tahun 2017 itu kira-kira seribuan, enggak main-main itu. Ada tim yang masing-masing pesertanya berlari 20 km, 40 km, dan bahkan ada yang sendiri. Ini kan luar biasa,” kata Prof. Bambang Sutjiatmo.
Menurut Prof. Bambang, acara BNI-ITB Ultra Marathon yang bertujuan awal untuk menghimpun dana bagi pengembangan laboratorium di FTMD ini disambut antusias para peserta. Bukan hanya alumni Teknik Mesin, melainkan juga alumni dan peserta lainnya. Hal itu menurutnya sangat baik karena membuat orang bisa bersilaturahmi dan bergembira ria bersama, dan yang lebih menggembirakan baginya ialah panitia juga menggelar kategori Fun Run 5 K dari Jalan Braga ke kampus ITB Jalan Ganesha, Bandung.
“Ini membuat acara lebih meriah. Bagi penggembira seperti saya, itu sangat menyenangkan sekaligus menjadi acara keluarga. Banyak dosen lain juga membawa anak-anaknya. Anak dan cucu saya juga saat itu ikut jalan santai acara Fun Run 5 K ini,” ujar ayah dari 3 anak dan kakek dari 6 cucu ini.
Inti dari penyelenggaraan acara BNI-ITB Ultra Marathon ini menurut Prof. Bambang adalah silaturahmi dan kegembiraan bersama. Menurutnya, untuk ukuran orang-orang seumurnya, mengadakan acara reuni dengan kawan lama, terutama rekan seangkatan, bukanlah hal yang mudah. BNI-ITB Ultra Marathon menjadi suatu alasan yang mempermudah mereka untuk bertemu. Banyak rekannya dari berbagai kota sengaja khusus datang ke Bandung untuk berpartisipasi dalam acara ini.
Selepas menyelesaikan pendidikan S-1 di Teknik Mesin ITB, Bambang Sutjiatmo sendiri kemudian melanjutkan studinya di Technische Universitaet Hannover, Jerman dan menjadi dosen di jurusan Teknik Mesin ITB. Dalam perjalanan kariernya, Prof. Bambang pernah menjadi Rektor UT tahun 1996-2001. Kemudian, pada 2003, ia pun pernah menjadi staf ahli di Kemenristek. Selain itu, Prof. Bambang Sutjiatmo juga pernah menjabat sebagai Rektor Universitas Jenderal Achmad Yani (Unjani) periode 2012-2016. Selepas menjabat Rektor Unjani, Prof. Bambang sekarang menjadi dosen tetap di Unjani dan menjadi dosen luar biasa di FTMD ITB. Istri Prof. Bambang, Prof. Dr. Afifah B. Sutjiatmo juga menjadi Dekan Fakultas Farmasi Unjani.
”Bertemu dengan banyak kawan dekat setelah sekian lama tak berjumpa tentu sangat mengesankan. Walaupun banyak yang tak ikut apa-apa, sekadar datang ke acara, hanya mengobrol dan berfoto bersama di stan yang disediakan, itu sangat menyenangkan. Semua orang terlihat bahagia dan gembira. Selain itu, kami pun bisa berbuat sesuatu terhadap almamaternya dengan menyumbang dana seikhlasnya dalam acara ini,” katanya.
Alasan itu pula yang membuat Prof. Bambang tak pernah absen selama tiga kali penyelenggaraan BNI-ITB Ultra Marathon untuk menjadi peserta kategori Fun Run 5 K. “Peserta Fun Run juga mendapat medali. Medalinya bagus. Walau dengan jalan santai dan motong-motong sedikit cari jalan pintas, yang penting sampai. Daripada telat, kelamaan dan terlalu kecapaian, ya motong jalan. Jadi, ya paling saya 4 km sajalah jalan kakinya,” ujar Prof. Bambang tertawa.
Prof. Bambang Sutjiatmo pun mengatakan bahwa BNI-ITB Ultra Marathon secara tidak langsung berdampak terhadap perkembangan olah raga lari, khususnya di kalangan alumni. Menurutnya, setelah itu banyak kalangan muda jatuh cinta dengan olah raga lari dan menjadi hobi baru. Komunitas lari di kalangan alumni mulai bergairah dan tumbuh.
“Bahkan ada tim putri alumni Mesin yang ikut dan berhasil sampai finis di BNI-ITB Ultra Marathon. Padahal, Teknik Mesin itu dulu jarang ada perempuannya, lho. Tentu hal-hal seperti ini menjadi kebanggaan dan tidak bisa dibayar dengan hal lain. Dengan kata lain, BNI-ITB Ultra Marathon menjelma menjadi sesuatu yang dirindukan oleh para alumni,” ujar Prof. Bambang yang masih rajin berolah raga jalan kaki 1-1,5 km selama 25 menit di sekitar tempat tinggalnya ini.
Menurut Prof. Bambang, ada satu saran dalam BNI-ITB Ultra Marathon, yaitu tentang publikasi acara. Ia mengatakan, publikasinya perlu meluas ke media-media cetak besar dan media sosial juga. “Harus ada strategi khusus sehingga media-media besar berminat untuk memberitakan acara ini sehingga gebyar BNI-ITB Ultra Marathon akan lebih terasa,” katanya.***