URUSAN mencipta lagu, menyanyi, dan memainkan gitar di acara atau panggung musik sudah biasa bagi Toni P. Sianipar. Namun, bermain gitar, bernyanyi, bergerilya sekaligus berlari pada pukul 3.00 dini hari di jalanan jadi momen langka yang pernah ia lakukan. Ini hanya terjadi di ajang BNI-ITB Ultra Marathon 2017. Semua dilakukan Toni demi menyambut kedatangan rekan-rekan tercinta setelah berjuang sampai garis finis di kampus ITB.
“Di kampus peraturannya tidak boleh ada rame-rame (band) lebih dari pukul sepuluh malam. Padahal, para pelari masuk finis rata-rata mulai pukul sebelas sampai pagi. Malam itu saya dan teman-teman menunggu di kampus dan saya langsung merasakan bahwa ada ratusan kawan kita yang sedang berjuang melawan kelelahan dan kedinginan. Kita yang berada di kampus juga harus merasakan, harus ada sesuatu. Tapi kok sepi? Makanya saya nekad. Ambil gitar, kumpulkan teman-teman lalu bernyanyi dengan semangat. Sambutan teman-teman yang menunggu ternyata meriah. Kami menyanyi dengan semangat. That never happened to me. Itu salah satu yang paling berkesan buat saya,” ujarnya.
Alumni Arsitek ITB angkatan ’80 ini juga bercerita, saat mengetahui rekan-rekannya di tim angkatan ‘80 akan memasuki finis, Toni langsung menunggu di jalan Ganesha, lalu berlari bersama mereka menuju finis sambil mengocok gitar dan menyanyi. Meriah.
Mengaku terlibat sejak awal dalam pelaksanaan BNI-ITB Ultra Marathon, Toni mengatakan, ia tak pernah turun menjadi peserta. Namun, ia ikut membantu dalam urusan kepanitiaan. Sebagai orang yang sangat berpengalaman di bidang penyelenggaraan event, ia selalu dipercaya menjadi penasihat seksi acara.
“Sejak UM pertama, saya sudah diminta mas Gatot untuk membantu panitia. Khususnya seksi acara. Mas Gatot mengatakan bahwa acara musiknya bukan cuma tempelan, pelengkap tapi harus menjadi satu dengan UM-nya. Sejak awal itu juga saya sudah memberikan pemikiran supaya BNI-ITB Ultra Marathon tidak melulu ajang olah raga, tapi juga ajang gathering dan berkarya alumni ITB. Begitulah sekarang BNI-ITB Ultra Marathon ternyata jauh lebih besar dari sekedar event olah raga. Saya gembira acara ini menjadi gathering alumni terbesar di ITB, selain musik. Olah raga dan musik itu paling disukai dan juga bisa menyatukan alumni,” kata Toni yang juga aktif di komunitas musik ITB dan mendirikan kelompok Ganeswara.
Bagi Toni, BNI-ITB Ultra Marathon bukan hanya berbicara soal kekuatan fisik. Lebih dari itu, tentang kekompakan, bagaimana sebuah tim di angkatan dikelola. Juga membuat "cause" untuk berbagi. Lalu, ketika finis, teman satu angkatan menghadirkan kebersamaan dengan menyambut secara suka cita.
“Itulah yang membuat beda BNI-ITB Ultra Marathon. Saya senang bisa terlibat di setiap penyelenggaraannya,” ujar pria asal Pematangsiantar ini.
Melihat dan merasakan keseruan para peserta, Toni pun tak menampik kalau dirinya memiliki keinginan untuk berpartisipasi. Bahkan, sebenarnya ia sudah merancang dan melakukan persiapan untuk penyelenggaraan 2020. Sayang, pandemi membuyarkan semuanya dan acara ini digelar secara virtual.
“Pengin juga tuh. Entah itu saya mengambil start di ujung atau di pangkal. Ingin coba merasakan lari pukul tiga pagi sambil bawa gitar. Jadi pelari bergitar, kan belum pernah ada yang seperti itu. Sayangnya enggak kesampaian. Walau digelar secara virtual, tetap bagus. Cuma, daya tariknya jadi berkurang,” ujarnya.
Toni punya keyakinan, ke depan, BNI-ITB Ultra Marathon akan bertambah besar. Jumlah pelari dan rekan-rekannya yang ikut makin banyak. Namun, itu semua disebutkannya belum puncaknya. Masih banyak hal baru yang bisa gali. Pendukung acara pun, kata Toni, masih mencari bentuknya.
“Start itu mudah, musik apa pun bisa engaging. Kan lagi semangat-semangatnya. Yang mau lari dan team supportnya. Idealnya, saat mencapai finis ada musik juga untuk menyambut. Tapi, di finis kan datangnya satu-satu. Sebenarnya kami masih mencari bentuk, pasti ada sesuatu yang unik untuk menyambut peserta. Saya yakin ketika ajang ini menuju puncak lebih tinggi, formatnya juga akan lebih gila lagi,” ucapnya.
Mengingat alumni ITB banyak tersebar di berbagai tempat, Toni berkeinginan agar BNI-ITB Ultra Marathon digelar tidak cuma di Bandung. Contohnya di Toba. Menurutnya, di Toba ada komunitas alumni ITB bernama Gadjah Toba. Alumni ITB yang berasal dari Toba ini pun pernah menjadi naik podium pertama di BNI-ITB Ultra Marathon 2019.
“Saya punya keinginan acaranya bisa diadakan di sini (Toba). Jadi, bisa buat cabang juga lewat komunitas Gadjah Toba. Dengan demikian, ada keterhubungan antara ITB dan Toba,” ucapnya.*